BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Umat
Islam sekitar abad ke-12 secara mentalitas boleh dikatakansemangatnya sudah
pudar, apalagi untuk mengembangkan intelektualitasnya.Apalagi kekalahan yang
diderita ketika pasukan salib berhasil menguasaibeberapa daerah kekuasaan Islam
di Timur Tengah, sehingga secara perlahantradisi keilmuan mulai hilang di dunia
Islam yang membawa kepada sebagian umatIslam menyibukkan diri dengan beribadah
kepada Tuhan untuk mendapatkan posisiyang baik di sisi Allah. Akibatnya muncullah
kelompok-kelompok kecil yang lebihmemfokuskan pikiran untuk memberantas
kelompok-kelompok yang telah salah pahamdalam memahami Islam.
Kondisi
ini tidak hanya terjadidi Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah waktu
itu, tetapi juga merembeske daerah-daerah luar, terutama di Afrika bagian utara
yang secara keseluruhansudah dikuasai Islam.Namun, di tengah besarnya pengaruh
Islam, umat Islam jugatidak terlepas dari perselisihan intern yang
mengakibatkan munculnyagerakan-gerakan kecil yang membawa terbentuknya sebuah
dinasti. Kasus sepertiini bisa terlihat dalam
proses terbentuknya Dinasti Muwahhidun yang bermuladari gerakan keagamaan dan
berubah menjadi gerakan politik.
Gerakan
keagamaan tersebut dipelopori oleh Ibn Tumart yangberaliran Asy’ariah. Para
sejarawan menyebutnya sebagai Dinasti Muwahhidun(orang yang mengesakan Tuhan)
ketika kekuasaan politik telah dikuasainya.Berkat usaha dan perhitungan yang
matang maka tercapailah sebuah kekuasaanpolitik oleh gerakan tersebut meliputi
Afrika bagian utara dan Spanyol(Andalusia) di barat yang pada masa sebelumnya
di bawah kekuasaan Murabitun.Namun karena kondisi yang kurang mendukung,
sekitar abad ke-13M dunia Baratbangkit dengan kekuatan baru membuat Muwahhidun
lenyap dari Andalusia kecualiIslam di Granada yang pada saat itu di kuasai oleh
Bani Nasr dari kerajaan ArabMadinah.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana Sejarah pembentukan Dinasti Muwahhidun ?
b.
Bagaimana Perkembangan Dinasti Muwahhidun ?
c.
Bagaimana Kemajuan dan
Kemunduran Dinasti Muwahhidun ?
C.
Tujuan
Pembahasan
a.
Untuk memahami bagaimana
sejarah pembentukan Dinasti Muwahhidun.
b. Untuk dapat
mengetahui dan memahami Perkembangan Dinasti
Muwahhidun
c. Untuk dapat
mengetahui dan memahami Kemajuan dan Kemunduran
Dinasti Muwahhidun
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pembentukan Dinasti Muwahhidun
Dinasti Muwahhidun adalah sebuah dinasti yang pernah
berkuasa di Afrika Utara bagian barat. Dinasti yang didirikan oleh Muhammad ibn
Tumart ini pernah eksis sekitar satu abad setengah, yaitu 1121-1269 M. Ibn
Tumart sendiri berasal dari salah satu suku Barbar, dari kabilah Masmudah, yang
hidup di pedalaman Afrika Utara. Dalam perkembangan dan perjalanan selanjutnya
kepemimpinan (khalifah) Muwahhidun bukan dipegang oleh suku Barbar dari
kalangan Arab, yaitu keturunan Abdul Mu’min bin Ali.[1]
Dinasti al-Muwahhidun yang berarrti golongan yang
berfaham tauhid, di dasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi
faham At-Tajsim yang menganggap bahwa tuhan mempunyai bentuk (antropomorfisme)
yang berkembang di Afrika Utara pada masa itu di bawah kekuasaan dinasti
al-Murahbitun (448 H/156 M-541 H/1147 M) atas dasar bahwa ayat yang berkaitan
dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam al-Qur’an, seperti tangan Tuhan, tidak
dapat ditakkikan (dijelaskan) dan harus difahami seperti apa adanya. Menurut
Ibnu Tumart, faham At-Tajsim identik dengan sirik (menyekutukan Allah), dan
orang yang menganut faham At-Tajsim adalah musrik.[2]
Dalam sejarahnya Ibn Tumart adalah orang yang
suka melakukan kegiatan rihlah yaitu melakukan perjalanan dalam rangka
menuntut ilmu. Dia pernah pergi ke Cordova, untuk mendalami pemikiran-prmikiran
Ibnu Hazm al-Andalusi. Juga pernah ke Islam Timur di Baghdad.[3]
Ibn Tumart bahkan sempat mengenyam pendidikan di Madrasah Nizamiyah yang
terkenal itu, yang ketika itu dipimpin al-Ghazali. Bukan hanya itu saja, kepada
pra fuqaha’ dan muhaddisin ia juga senang berguru kepadanya.
Dari Baghdad, ia melaksanakan haji di tanah suci Mekkah.
Kemudian dia belajar kepada tokoh-tokoh sufi sehingga dia menjadi seorang sufi.
Dia kembali ke Afrika Utara melalui Iskandiah, dan berguru pada Abu Bakar
al-Thurthsyi. Dalam perjalanannya menuju Maghrib di kota Bijayah, barat laut
dari Qairawan, dia bertemu dengan seorang alim bernamA Abdu Mu’min bin Ali.
Keduanya bertujuan ke Marakesy, ibu kota Murabitun.[4] Di
sinilah keduanya mulai menyampaikan dakwahnya, tentang antropomorfisme,
juga memberantas bid’ah dan khurafat di masyarakat saat itu Tumart, paham
al-tajsim adalah syirik, oleh karena itu Ibnu Tumart berusaha memberantas
kemusyrikan dan
Bagi Ibnu Tumart, paham al-tajsin adalah syirik,
oleh karena itu berusaha memberantas kemusyrikan dan kemungkaran meskipun dengan
cara kekerasan. Karena sikap dakwahnya yang keras, ia tidak disenangi oleh
sebagian masyarakat, ulama dan pengusaha. Dia mendapatkan tantangan
dimana-mana. Dia kemudian diusir oleh Sultan Ali bin Yusuf bin TasyfinMarakesy.
Meskipun dia mendapatkan tantangan yang banyak tetapi
sejumlah suku Barbar seperti suku Haragah, Hantanah, Jadmiwah, dan Janfisah
justru membri dukungan.[5]
Dalam perkembangannya dakwah Ibn Tumart mendapat sambutan yang cukup berarti,
pengikutnya telah memulai banyak, dan pada saat yang sama Daulah Murabitun
sudah mulai melemah. Ibn Tumart kemudian berkeinginan menjatuhkan daulah
al-Murabitun yang sudah semakin mendekati keruntuhan. Untuk itu Ibnu Tumart
menobatkan dirinya terlebih dahulu sebagai al-Mahdi dan dibai’at oleh para
pengikutnya, peristiwa ini terjadi pada tahun 515 H / 1121 M. Pengikutnya
dinamakannya al-Muwahidun. Penamaan al-Muwahidun berasal dari golongan yang
berfaham tauhid, yang didasarkan pada prinsip dakwah Ibnu Tumart yaitu memerangi paham al-tajsim.
Wilayah kekuasaannya meliputi Tinmallal dan sekitarnya.[6]
Struktur pemerintahan al-Muwahidun disusun
berdasarkan struktur militer. Struktur pemerintahan disusun sebagai berikut;
1. al-Asyarah (Dewan Sepuluh) semacam dewan
menteri
2. ahl al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) semacam senat
3. ahl al-Sab’in (Dewan Tujuh Puluh) dewan rakyat
4. al-Talabah, Dewan ahli yang terdiri dari
ulama-ulama senior
5. al-Hufaz, Dewan ahli yang terdiri dari
ulama-ulama yunior
6. Ahl al-Daar (Keluarga Istana)
7. Kabilah Haragah
8. Ahl
Tainmul (pasukan inti) mewakili beberapa kabilah
9. Kabilah jadmiah
10. Kabilah Jansfisah
11. Hantanah
12. Kabilah-kabilah Muwahhidun
13. Prajurit
14. Al-Girrat
Kedudukan khalifah dipilih dan diangkat oleh dewan
sepuluh, atau al-asyarah. Dewan yang paling tinggi kedudukannya dalam strutur
pemerintahan dinasti Muwahidun. Setelah struktur terbentuk, kaum Muwahidun
kabilah-kabilah Barbar untuk bergabung dengannya. Bagi kabilah yang menolak
maka diperangi , sehingga dalam waktu yang relatif singkat kabilah Barbar yang
telah tunduk dengannya. Sehingga kekuatan Muwahidun semakin besar.
Ketika pengikut Muwahhidun sudah banyak, maka
pada tahun 524 H/1129 M dengan pasukan sebanyak 40.000 di bawah komando Abu
Muhammad al-Basyir al-Wansyarisi, al-Muwahhidun menyerang ibu kota al-Murabitun
(Marakesy), pertempuran ini dikenal dengan peperangan Buhairah. Tetapi pada
peperangan ini pihak al-Muwahhidun mengalami kekalahan besar. Banyak tentara
yang terbunuh termasuk Ibn Tumart sendiri.[7]
B. Perkembangan
Muwahhidun
Setelah Ibnu Tumart meninggal dunia Abdul Mukmin dibai’at
sebagai pemimpin al-Muwahhidun. Abdul Mukmin orang yang paling dekat dengan
Ibnu Tumart dikuatkan lagi karena dia seorang berpengetahuan luas, tegas dan
seorang penglima yang pemberani. Pilihan ini ternyata amat tepat sekali, hal
ini terbukti bahwa Muwahhidun di bawah kepemimpinannya yang cukup lama, sekitar
34 tahun.
Keberhasilan demi keberhasilan dicapai pada tahun 526 H,
Muwahhidun berhasil menguasai Nadla, Dir’ah, Taigar, Fazar, dan Giyasah. Selanjutnya
pada tahun 534 H, Muwahhidun melancarkan serangan ke kubu-kubu pertahanan
Murabitun. Pada tahun 540 H kota Fez, kota terbesar setelah Marakesy, dapat
diambil alih Setahun kemudian kota Marakesy sendiri telah dikuasai, dengan
demikian Daulah Murabitun telah jatuh ke tangan Muwahhidun. [8]
dengan demikian semakin mantaplah Muwahhidun sebagai sebuah kekuatan baru.
Abdul al-Mukmin memindahkan pusat kekuasaan dari
Tinmallal ke marakesy. Dengan sudah tetapnya pusat pemerintahan di Marakesy,
maka dimulailah ekspansi ke arah Timur. Aljazair dapat direbut pada tahun 1152
M. Enam tahun berikutnya (1158 M) seluruh wlayah Tunisia (Ifriqiah) telah dikuasai
oleh al-Muwahhdiun. Dua tahun kemudian (1160 M) Tripoli juga dapat dikuasai.
Pada masa Abdul Mu’min ini wilayah Daulah al-Muwahhidun membentang dari Tripoli
hingga samudra Atlantik di sebelah barat. Pada waktu yang sama, Muwahhidun
mulai kembali merebut wilayah-wilayah Murabitun yang dikuasai oleh orang
kristen di Spanyol.[9]
Suatu prestasi yang amat gemilang yang belum pernah dicapai sebelumnya oelh
dinasti-dinasti yang perah berjaya sebelmunya di Afrika Utara. Dapat
dibayangkan sekarang betapa tangguhnya kekuatan Muwahhidun.
Ekspansi pasukan Muwahhidun dilakukan lebih gencar lagi
pada tah8h 1163 M, Abdul Mukmin ingin memperluas kekuasaan besar dan
mempersiapkan diri dan rencana secara matang. Dia mempersiapkan armada yang
tangguh dengan senjata dan aat tempur hebat. Dia juga memesan sebanyak 400
kapal perang berukuran besar. Dengan demikian galangan-galangan kapal di
pesisir Afrika barat mendapat pesanan besar-besaran. Selain untuk penaklukkan
ke Andalus pasukan ini untuk penaklukkan kepulauan Balearik. Kepulauan ini
basis musuh untuk pembajakan kapal-kapal Islam di Laut Tengah. Tetapi sebelum
rencana penaklukkan ini terlaksana Abdul Mu’min, pada tahun 558 H/ 1163,
meninggal dunia.
Pengganti Abdul Mukmin adalah Putranya yang bernama Abu
Ya’kub Yusuf bin Abdul Mu’min, ia memiliki semangad jihad yang sama dengan
ayahnya, juga seorang ahli strategi. Dalam masa pemerintahnya dia melanjutkan
cita-cita ayahnya untuk menaklukkan wilayah-wilayah yang dikuasai oleh
orang-orang kristen terutama disebuah utara spanyol. Ia bahkan memimpin sendiri
pasukan Islam Muwahhidun ke wilayah tersebut, sehingga ia meninggalkan Markesy.
Pada masa Abu Ya’kub ini dua kali dilakukan penyerbuan ke wilayah Andalusia,
pertama pada tahun 1169 M dibawah komando saudaranya Abu Hafs, Al-Muwahhidun
berhasil merebut Toledo. Penyerbuannya kedua, pada tahun 1184 M, di bawah
komanadony sendiri. Pada penyerbuan ke dua ini pasukan al-Muwahhidun dapat
menguasai wilayah Syantarin dan menghancurkan tentara Kristen di daerah
Lisabon. Namun demikian dalam pertempuran merebut Libanon ini Abu Ya’kub Yusuf
trluka berat yang mengakibatkan kematiannya, dan digantikan oleh anaknya yang
bernama Abu Yusuf.
Pada masa pemerintahan Abu Yusuf initerdapat beberapa
pemberontakan baik oleh orang Islam sendiri maupun oleh orang-orang Kristen.
Tetapi pemberontakan ini dapat ditumpas oleh al-Muwahhidun bahkan pasukan
al-Muwahhidun menawan lebih kurang 13.000 orang Kristen dan memaksa Raja
Alfonso menerima perjanjian-perjanjian.
Pada tahun 1194 M Alfonso kembali memberontak
dengan mengerahkan kekuatan yang amat besar, tetapi pemberontakan itu kembali
dapat dipatahkan oleh tentara al-Muwahhidun. Di mana penumpasan ini dipimpin
langsung oleh khalifah dan dibantu oleh khabilah-khabilah arab diantaranya
Zanatah Mas Mudah Gamarah, Agraz dan kaum budak. Benteng Ark yang merupakan
pertahanan orang-oarng Kristen dapat dihancurkan. Kemenangan besar ini
merupakan kemenangan yang terakhir orang Islam terhadap orang Kristen di
Spanyol. Selanjutnya pasukan Islam banyak mengalami kekalahan dari orang-orang
Kristen di Spanyol.[10]
C. Kemajuan dan Kemunduran Dinasti
Muwahhidun
1.
a. Kemajuan Dinasti Muwahhidun
Pada masa
Muwahhidun, Spanyol mencapai puncak kejayaannya, terutama
pada Zaman Mu’min, perkembangan peradaban Islam, terutama pengembangan ilmu
politik dan ekonomi.[11]
1. Dalam Bidang politik, dinasti Muwahhidun
telah mampu menguasai wilayah kepulauan Atlantik sampai ke daerah teluk Gebes
di Mesir dan Andalusia.
2. Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun telah berhasil
menjalin hubungan perdagangan dengan beberapa daerah di Italia, seperti
perjanjian perdagangan dengan Pisa pada tahun 1154 M, Marseie, Voince, dan
Sycilia pada tahun 1157 M yang berisi ketentuan tentang perdagangan,
izin mendirikan gudang, kantor, loji dan bentuk-bentuk pemungutan pajak.
3. Dalam bidang arsitektur, dinasti Muwahhidun banyak
menghasilkan karya-karya dalam bentuk monumen, seperti Giralda, menara pada
masjid Jami’ Sevilla, Bab Aquwnaou, dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah
di Marakiyah serta menara Hasan di Rabbath.
4. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, banyak
ilmuwan yang muncul pada masa dinasti Muwahhidun ini terutama pada masa
kepemimpinan Abdul Mu’min dan Abu Yakub Yusuf adalah sebagai berikut :
a.
Ibrahim
bin Malik bin Mulkun adalah seorang pakar al-Qur’an dan ilmu Nahwu.
b.
Al-Hafidz Abu Bakrbin al-Jad seorang ahli fikih, dan Ibnu al-Zuhr ahli
kedokteran.
c.
Ibn
Bajjah (533H/1139 M), seorang filosof dengan karyanya The Rule of Solitary. Ia
juga ahli di bidang musik yang disebut Avenpace atau Abenpace.
d.
Ibnu
Thufail (581 H/1105-1185 M), seorang filosof dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan.
Ia juga dikenal sebagai seorang dokter, ahli geografi dan juga dianggap sebagai
penyair Andalusia atau yang dikenal dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, atau
Al-Isibily.
e.
Ibnu
Rusyd (1126-1198 M), ia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, fikih,
ahli hukum, ahli astronomi atau dikenal dengan sebutan Averrous/ Averroisme di
Barat.
2.
b. Kemunduran Dinasti Muwahhidun
Setelah mengalami
kekalahan selama satu abad (113-1169 M), Dinasti Muwahhidun mengalami
kemunduran dan akhirnya hancur. Kemunduran ini terasa setelah an-Nashir wafat
yang selanjutnya dipimpin oleh pimpinan yang lemah. Adapun faktor kemunduran
dinasti Muwahhidun ini disebabkan oleh:[12]
1. Perebutan tahta dikalangan keluarga.
2. Melemahnya kontrol terhadap penguasa
daerah.
3. Mengendurnya tradisi disiplin.
4. Memudarnya keyakinan akan keagungan misi
al-Mahdi bin Tumart, bahkan namanya tidak disebut lagi dalam dokumen Negara.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran
bagi Dinasti al-Muwahhidun, antara lain:
1).
Faktor Internal
Salah satu indikasi faktor internal
yang menyebabkan terjadinya kemunduran dinasti ini adalah tampilnya pemimpin yang
tidak mampu menangkap peluang dan mengakomodasi berbagai trend pengembangan,
yakni ketika Muhammad al-Nashr (1184 M) tampil menggantikan pemimpin
sebelumnya, dengan usianya yang relatif muda, kurang lebih 17 tahun usianya
ketika itu. Ia
belum memiliki kapabilitas serta kematangan emosional yang memadai. Padahal
untuk menjadi pemimpin sebuah wilayah yang luas, sangat dibutuhkan managerial
skill serta pengetahuan dan pengalaman yang cukup, agar memiliki kredibilitas
di dalam mengendalikan roda pemerintahan. Akibat dari berbagai kelemahan yang
dimiliki al-Nashr tersebut, maka di dalam mengendalikan pemerintahannya lebih
banyak dipegang oleh menteri-menterinya yang saling merebut mengambil simpati
khalifah yang masih muda, sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh lawan-lawan
al-Muwahhidun, termasuk sisa-sisa al-Murabithun yang belum dapat dilumpuhkan,
kembali melakukan perlawanan. Termasuk munculnya pemberontakan dari Bani
Ghaniyyah yang pernah ditaklukkan oleh penguasa sebelumnya, yaitu Abu
Ya’qub.Mereka kembali melakukan perlawanan dengan motifnya menjatuhkan
kekuasaan al-Muwahhidun.
Di
samping itu, kurangnya kontrol dan perhatian pemerintah pusat terhadap
daerah-daerah yang jauh dari pusat pemerintahan, menyebabkan adanya keinginan
mereka untuk memisahkan diri.Hal ini menunjukkan bahwa adanya wilayah yang luas
yang tidak bisa dimenej dengan baik, justeru sangat berpotensi terhadap
terjadinya instabilitas dalam negeri, karena adanya ancaman
desintegrasi.Ancaman desintegrasi ini, seperti munculnya Yaghamrasan ibn Zayyan
di Tlemen pada tahun 1236 M yang dapat mendirikan kerajaan, Abd al-Wadiyyah
yang merdeka di Maghrib. Pada tahun berikutnya Abu Zakariyya sebagai gubernur
al-Muwahhidun di Ifriqiyyah menyatakan kemerdekaan dari Tunis dan mendirikan
Dinasti Hifsiyyah. Keadaan ini semakin memperparah kondisi Dinasti
al-Muwahhidundan akhirnya membawa kepada kejatuhan dinasti ini, yakni pada
tahun 1269 M, saat ibu kota Maroko jatuh ke tangan Dinasti Marawiyyah. Dengan
berdirinya Dinasti Marawiyyah, maka berakhirlah Dinasti al-Muwahhidun yang
pernah jaya dan sempat bertahan selama satu abad lebih.
2). Faktor Eksternal
Bersamaan dengan kemunduran Dinasti al-Muwahhidun,
sebagai akumulasi dari berbagai persoalan sosial politik dalam negeri, pasukan
Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di Palestina kembali ke Eropa dan
mulai menggalang kekuatan baru di bawah pimpinan Alfonso IX. Kekuatan Kristen
ini mengulangi serangannya ke Andalusia dan berhasil mengalahkan kaum
muslimin.Karena penguasa al-Muwahhidun merasa terdesak, akhirnya meninggalkan
Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Maroko).Sedangkan Cordova jatuh ke tangan
penguasa Kristen pada tahun 1238 M, menyusul Seville jatuh pada tahun 1248 M.
Serangan-serangan yang dilakukan pasukan Kristen ini telah menjadikan seluruh
Spanyol lepas dari kekuasaan Islam, kecuali Granada.
Demikian sekilas perjalanan sejarah Dinasti
Muwahidun yang telah berjaya menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak
persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun melemah dan
kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, terutama raja- raja
Kristen. Akhirnya Dinasti Muwahhidun di Andalusia maupun di Afrika Utara
kini hanya kenangan sejarah, meskipun peninggalan-peninggalannya masih terdapat
di beberapa wilayah bekas kekuasaaannya.
[1] Tim Penulis, Ensiklopedi
Ensiklopedi Islam (Jakarta:
Iktiar Baru Van Hoeve, 1994), Jilid III, h. 332
[7] Jamil M. Abun Nasr, A History of
the Magrib in the Islam Period, (London, cambridge Unversity Press, cet. I, 1987), h. 89-90.
[8] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, al-Siyasiwa al-wa al-Tsaqafi
al-Ijtima’i, Jilid IV (Kairo: Maktabah al-Nadhah al-Misriyah, 1967), h.
219-220.
[10] Fu’adi Imam, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,
(Yogyakarta: Teras, 2012), h.102-103
[11] Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia
Islam: Melacak Akar Akar Sejarah, Social, Politik,Dan Budaya Umat Islam (Jakarta:
Logos,2007 ), 112-114.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Tidak adanya regenerasi yang mumpuni untuk memegang
kekuasaan seperti pendahulunya.
2. Kebangkitan orang–orang kristen. Terbuktidengan
penyerangan tahun 1212 M, oleh raja-raja Kristen (Leon, Costile, Navargedan
Aragon) di Spanyol. Kekalahan yang diderita oleh Muwahhidun dalam pertempuran
tersebut menyebabkan semakin mudahnya orang Kristen menaklukkan daerah-daerah
kekuasaan Islam lain di Spanyol.
3. Al-Nashir menyerahkan kekuasaan kepada anaknya yang baru
berusia 15 tahun, yaitu Abu Yakub Yusuf II (al-Muntashir) yang tidak memiliki
kematangan politik untuk menjalankan pemerintahan.
4. Muncul perpecahan dikalangan pembesar Muwahhidun setelah
wafatnya al-Muntashir pada tahun 1221 M. Perpecahan terjadi karena al-Munthasir
tidak mempunyai anak laki-laki untuk menggantinya. Seperti Tunisia berdiri
daulah Bani Nafs, sedangkan Tripoli menjadi wilayah kekuasaan Bani Ayubiyah.
5. Luasnya wilayah daulah Muwahhidun. Wilayah yang luas ini
sulit di control oleh pemerintahan pusat, sehingga mudah dikuasai oleh tentara
kristen Spanyol yang mengalami kebangkitan politik.
6. Kekuasaan Muwahhidun tumbuh dan berkembang di Afrika Utara
danSpanyol adalah karena ingin memurnikan ajaran Islam yang telah dikotori orang-orang
Murabhitun pada fase akhir kekuasaannya. Dinasti ini berawal darisebuah gerakan
dakwah agama dan beralih menjadi kekuatan politik. Dinasti ini mampu meraih
kejayaan karena pemimpin yang kuat serta cinta ilmu pengetahuan. Kehadiran
dinasti ini telah membuka mata orang barat untuk mengejar ketertinggalannya
dari umat Islam.
B. Saran
Dalam penulisan Makalah ini penulis sangat menyadari akan
kekurangan yang dimiliki, terutama dalam memeperoleh dan menggambarkan
informasi mengenai tema ini. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai
pihak sangat penulisan harapkan. Dan semoga makalah yang jauh dari kesempurnaan
ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Fu’adi Imam, 2012. Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Yogyakarta: Teras
Hasan Ibrahim Hasan, 1967. Tarikh
al-Islam, al-Siyasiwa al-wa al-Tsaqafi al-Ijtima’i, Jilid IV Kairo:
Maktabah al-Nadhah al-Misriyah.
Jamil M. Abun Nasr. 1987. A History of the Magrib in the
Islam Period, London; cambridge Unversity Press.
Musyrifah, Sunanto. 2011, Sejarah
Islam Klasik, Jakarta: Kencana.
Philip K.
Hitti. 1970. History of the Arabs,
Edisi X , London: Macmilan.
Samsul Munir
Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah.
Tim Penulis. 1994. Ensiklopedi
Ensiklopedi Islam , Jakarta: Iktiar Baru Van Hoeve.
Thohir, Ajib. 2007. Perkembangan
Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar Akar Sejarah, Social,
Politik,Dan Budaya Umat Islam. Jakarta: Logos.
kak kenapa gak ada tentang ilmuwan nya...?
BalasHapus\
Raja rajanya mana?
BalasHapus