Kamis, 21 Mei 2015

DINASTI MUWAHHIDUN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Umat Islam sekitar abad ke-12 secara mentalitas boleh dikatakansemangatnya sudah pudar, apalagi untuk mengembangkan intelektualitasnya.Apalagi kekalahan yang diderita ketika pasukan salib berhasil menguasaibeberapa daerah kekuasaan Islam di Timur Tengah, sehingga secara perlahantradisi keilmuan mulai hilang di dunia Islam yang membawa kepada sebagian umatIslam menyibukkan diri dengan beribadah kepada Tuhan untuk mendapatkan posisiyang baik di sisi Allah. Akibatnya muncullah kelompok-kelompok kecil yang lebihmemfokuskan pikiran untuk memberantas kelompok-kelompok yang telah salah pahamdalam memahami Islam.
Kondisi ini tidak hanya terjadidi Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah waktu itu, tetapi juga merembeske daerah-daerah luar, terutama di Afrika bagian utara yang secara keseluruhansudah dikuasai Islam.Namun, di tengah besarnya pengaruh Islam, umat Islam jugatidak terlepas dari perselisihan intern yang mengakibatkan munculnyagerakan-gerakan kecil yang membawa terbentuknya sebuah dinasti. Kasus sepertiini bisa terlihat dalam proses terbentuknya Dinasti Muwahhidun yang bermuladari gerakan keagamaan dan berubah menjadi gerakan politik.
Gerakan keagamaan tersebut dipelopori oleh Ibn Tumart yangberaliran Asy’ariah. Para sejarawan menyebutnya sebagai Dinasti Muwahhidun(orang yang mengesakan Tuhan) ketika kekuasaan politik telah dikuasainya.Berkat usaha dan perhitungan yang matang maka tercapailah sebuah kekuasaanpolitik oleh gerakan tersebut meliputi Afrika bagian utara dan Spanyol(Andalusia) di barat yang pada masa sebelumnya di bawah kekuasaan Murabitun.Namun karena kondisi yang kurang mendukung, sekitar abad ke-13M dunia Baratbangkit dengan kekuatan baru membuat Muwahhidun lenyap dari Andalusia kecualiIslam di Granada yang pada saat itu di kuasai oleh Bani Nasr dari kerajaan ArabMadinah. 

B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Sejarah pembentukan Dinasti Muwahhidun ?
b.      Bagaimana Perkembangan Dinasti Muwahhidun ?
c.       Bagaimana Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Muwahhidun ?

C.    Tujuan Pembahasan
a.    Untuk memahami bagaimana sejarah pembentukan Dinasti Muwahhidun.
b.    Untuk dapat mengetahui dan memahami Perkembangan Dinasti Muwahhidun
c.    Untuk dapat mengetahui dan memahami Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Muwahhidun

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Pembentukan Dinasti Muwahhidun
Dinasti Muwahhidun adalah sebuah dinasti yang pernah berkuasa di Afrika Utara bagian barat. Dinasti yang didirikan oleh Muhammad ibn Tumart ini pernah eksis sekitar satu abad setengah, yaitu 1121-1269 M. Ibn Tumart sendiri berasal dari salah satu suku Barbar, dari kabilah Masmudah, yang hidup di pedalaman Afrika Utara. Dalam perkembangan dan perjalanan selanjutnya kepemimpinan (khalifah) Muwahhidun bukan dipegang oleh suku Barbar dari kalangan Arab, yaitu keturunan Abdul Mu’min bin Ali.[1]
Dinasti al-Muwahhidun yang berarrti golongan yang berfaham tauhid, di dasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi faham At-Tajsim yang menganggap bahwa tuhan mempunyai bentuk (antropomorfisme) yang berkembang di Afrika Utara pada masa itu di bawah kekuasaan dinasti al-Murahbitun (448 H/156 M-541 H/1147 M) atas dasar bahwa ayat yang berkaitan dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam al-Qur’an, seperti tangan Tuhan, tidak dapat ditakkikan (dijelaskan) dan harus difahami seperti apa adanya. Menurut Ibnu Tumart, faham At-Tajsim identik dengan sirik (menyekutukan Allah), dan orang yang menganut faham At-Tajsim adalah musrik.[2]
Dalam sejarahnya Ibn Tumart adalah orang yang suka melakukan kegiatan rihlah yaitu melakukan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu. Dia pernah pergi ke Cordova, untuk mendalami pemikiran-prmikiran Ibnu Hazm al-Andalusi. Juga pernah ke Islam Timur di Baghdad.[3] Ibn Tumart bahkan sempat mengenyam pendidikan di Madrasah Nizamiyah yang terkenal itu, yang ketika itu dipimpin al-Ghazali. Bukan hanya itu saja, kepada pra fuqaha’ dan muhaddisin ia juga senang berguru kepadanya.
Dari Baghdad, ia melaksanakan haji di tanah suci Mekkah. Kemudian dia belajar kepada tokoh-tokoh sufi sehingga dia menjadi seorang sufi. Dia kembali ke Afrika Utara melalui Iskandiah, dan berguru pada Abu Bakar al-Thurthsyi. Dalam perjalanannya menuju Maghrib di kota Bijayah, barat laut dari Qairawan, dia bertemu dengan seorang alim bernamA Abdu Mu’min bin Ali. Keduanya bertujuan ke Marakesy, ibu kota Murabitun.[4] Di sinilah keduanya mulai menyampaikan dakwahnya, tentang antropomorfisme, juga memberantas bid’ah dan khurafat di masyarakat saat itu Tumart, paham al-tajsim adalah syirik, oleh karena itu Ibnu Tumart berusaha memberantas kemusyrikan dan
Bagi Ibnu Tumart, paham al-tajsin adalah syirik, oleh karena itu berusaha memberantas kemusyrikan dan kemungkaran meskipun dengan cara kekerasan. Karena sikap dakwahnya yang keras, ia tidak disenangi oleh sebagian masyarakat, ulama dan pengusaha. Dia mendapatkan tantangan dimana-mana. Dia kemudian diusir oleh Sultan Ali bin Yusuf bin TasyfinMarakesy.
Meskipun dia mendapatkan tantangan yang banyak tetapi sejumlah suku Barbar seperti suku Haragah, Hantanah, Jadmiwah, dan Janfisah justru membri dukungan.[5] Dalam perkembangannya dakwah Ibn Tumart mendapat sambutan yang cukup berarti, pengikutnya telah memulai banyak, dan pada saat yang sama Daulah Murabitun sudah mulai melemah. Ibn Tumart kemudian berkeinginan menjatuhkan daulah al-Murabitun yang sudah semakin mendekati keruntuhan. Untuk itu Ibnu Tumart menobatkan dirinya terlebih dahulu sebagai al-Mahdi dan dibai’at oleh para pengikutnya, peristiwa ini terjadi pada tahun 515 H / 1121 M. Pengikutnya dinamakannya al-Muwahidun. Penamaan al-Muwahidun berasal dari golongan yang berfaham tauhid, yang didasarkan pada prinsip dakwah  Ibnu Tumart yaitu memerangi paham al-tajsim. Wilayah kekuasaannya meliputi Tinmallal dan sekitarnya.[6]
Struktur pemerintahan al-Muwahidun disusun berdasarkan struktur militer. Struktur pemerintahan disusun sebagai berikut;
1.      al-Asyarah (Dewan Sepuluh) semacam dewan menteri
2.      ahl al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) semacam senat
3.      ahl al-Sab’in (Dewan Tujuh Puluh) dewan rakyat
4.      al-Talabah, Dewan ahli yang terdiri dari ulama-ulama senior
5.      al-Hufaz, Dewan ahli yang terdiri dari ulama-ulama yunior
6.      Ahl al-Daar (Keluarga Istana)
7.      Kabilah Haragah
8.      Ahl  Tainmul (pasukan inti) mewakili beberapa kabilah
9.      Kabilah jadmiah
10.  Kabilah Jansfisah
11.  Hantanah
12.  Kabilah-kabilah Muwahhidun
13.  Prajurit
14.  Al-Girrat
Kedudukan khalifah dipilih dan diangkat oleh dewan sepuluh, atau al-asyarah. Dewan yang paling tinggi kedudukannya dalam strutur pemerintahan dinasti Muwahidun. Setelah struktur terbentuk, kaum Muwahidun kabilah-kabilah Barbar untuk bergabung dengannya. Bagi kabilah yang menolak maka diperangi , sehingga dalam waktu yang relatif singkat kabilah Barbar yang telah tunduk dengannya. Sehingga kekuatan Muwahidun semakin besar.
Ketika pengikut Muwahhidun sudah banyak, maka pada tahun 524 H/1129 M dengan pasukan sebanyak 40.000 di bawah komando Abu Muhammad al-Basyir al-Wansyarisi, al-Muwahhidun menyerang ibu kota al-Murabitun (Marakesy), pertempuran ini dikenal dengan peperangan Buhairah. Tetapi pada peperangan ini pihak al-Muwahhidun mengalami kekalahan besar. Banyak tentara yang terbunuh termasuk Ibn Tumart sendiri.[7]


B.     Perkembangan Muwahhidun
Setelah Ibnu Tumart meninggal dunia Abdul Mukmin dibai’at sebagai pemimpin al-Muwahhidun. Abdul Mukmin orang yang paling dekat dengan Ibnu Tumart dikuatkan lagi karena dia seorang berpengetahuan luas, tegas dan seorang penglima yang pemberani. Pilihan ini ternyata amat tepat sekali, hal ini terbukti bahwa Muwahhidun di bawah kepemimpinannya yang cukup lama, sekitar 34 tahun.
Keberhasilan demi keberhasilan dicapai pada tahun 526 H, Muwahhidun berhasil menguasai Nadla, Dir’ah, Taigar, Fazar, dan Giyasah. Selanjutnya pada tahun 534 H, Muwahhidun melancarkan serangan ke kubu-kubu pertahanan Murabitun. Pada tahun 540 H kota Fez, kota terbesar setelah Marakesy, dapat diambil alih Setahun kemudian kota Marakesy sendiri telah dikuasai, dengan demikian Daulah Murabitun telah jatuh ke tangan Muwahhidun. [8] dengan demikian semakin mantaplah Muwahhidun sebagai sebuah kekuatan baru.
Abdul al-Mukmin memindahkan pusat kekuasaan dari Tinmallal ke marakesy. Dengan sudah tetapnya pusat pemerintahan di Marakesy, maka dimulailah ekspansi ke arah Timur. Aljazair dapat direbut pada tahun 1152 M. Enam tahun berikutnya (1158 M) seluruh wlayah Tunisia (Ifriqiah) telah dikuasai oleh al-Muwahhdiun. Dua tahun kemudian (1160 M) Tripoli juga dapat dikuasai. Pada masa Abdul Mu’min ini wilayah Daulah al-Muwahhidun membentang dari Tripoli hingga samudra Atlantik di sebelah barat. Pada waktu yang sama, Muwahhidun mulai kembali merebut wilayah-wilayah Murabitun yang dikuasai oleh orang kristen di Spanyol.[9] Suatu prestasi yang amat gemilang yang belum pernah dicapai sebelumnya oelh dinasti-dinasti yang perah berjaya sebelmunya di Afrika Utara. Dapat dibayangkan sekarang betapa tangguhnya kekuatan Muwahhidun.
Ekspansi pasukan Muwahhidun dilakukan lebih gencar lagi pada tah8h 1163 M, Abdul Mukmin ingin memperluas kekuasaan besar dan mempersiapkan diri dan rencana secara matang. Dia mempersiapkan armada yang tangguh dengan senjata dan aat tempur hebat. Dia juga memesan sebanyak 400 kapal perang berukuran besar. Dengan demikian galangan-galangan kapal di pesisir Afrika barat mendapat pesanan besar-besaran. Selain untuk penaklukkan ke Andalus pasukan ini untuk penaklukkan kepulauan Balearik. Kepulauan ini basis musuh untuk pembajakan kapal-kapal Islam di Laut Tengah. Tetapi sebelum rencana penaklukkan ini terlaksana Abdul Mu’min, pada tahun 558 H/ 1163, meninggal dunia.
Pengganti Abdul Mukmin adalah Putranya yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mu’min, ia memiliki semangad jihad yang sama dengan ayahnya, juga seorang ahli strategi. Dalam masa pemerintahnya dia melanjutkan cita-cita ayahnya untuk menaklukkan wilayah-wilayah yang dikuasai oleh orang-orang kristen terutama disebuah utara spanyol. Ia bahkan memimpin sendiri pasukan Islam Muwahhidun ke wilayah tersebut, sehingga ia meninggalkan Markesy. Pada masa Abu Ya’kub ini dua kali dilakukan penyerbuan ke wilayah Andalusia, pertama pada tahun 1169 M dibawah komando saudaranya Abu Hafs, Al-Muwahhidun berhasil merebut Toledo. Penyerbuannya kedua, pada tahun 1184 M, di bawah komanadony sendiri. Pada penyerbuan ke dua ini pasukan al-Muwahhidun dapat menguasai wilayah Syantarin dan menghancurkan tentara Kristen di daerah Lisabon. Namun demikian dalam pertempuran merebut Libanon ini Abu Ya’kub Yusuf trluka berat yang mengakibatkan kematiannya, dan digantikan oleh anaknya yang bernama Abu Yusuf.
Pada masa pemerintahan Abu Yusuf initerdapat beberapa pemberontakan baik oleh orang Islam sendiri maupun oleh orang-orang Kristen. Tetapi pemberontakan ini dapat ditumpas oleh al-Muwahhidun bahkan pasukan al-Muwahhidun menawan lebih kurang 13.000 orang Kristen dan memaksa Raja Alfonso menerima perjanjian-perjanjian.
Pada tahun 1194 M Alfonso kembali memberontak dengan mengerahkan kekuatan yang amat besar, tetapi pemberontakan itu kembali dapat dipatahkan oleh tentara al-Muwahhidun. Di mana penumpasan ini dipimpin langsung oleh khalifah dan dibantu oleh khabilah-khabilah arab diantaranya Zanatah Mas Mudah Gamarah, Agraz dan kaum budak. Benteng Ark yang merupakan pertahanan orang-oarng Kristen dapat dihancurkan. Kemenangan besar ini merupakan kemenangan yang terakhir orang Islam terhadap orang Kristen di Spanyol. Selanjutnya pasukan Islam banyak mengalami kekalahan dari orang-orang Kristen di Spanyol.[10]      
C.    Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Muwahhidun

1.      a. Kemajuan Dinasti Muwahhidun
Pada masa Muwahhidun, Spanyol mencapai puncak kejayaannya, terutama pada Zaman Mu’min, perkembangan peradaban Islam, terutama pengembangan ilmu politik dan ekonomi.[11]
1.      Dalam Bidang politik, dinasti Muwahhidun telah mampu menguasai wilayah kepulauan Atlantik sampai ke daerah teluk Gebes di Mesir dan Andalusia.
2.      Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun telah berhasil menjalin hubungan perdagangan dengan beberapa daerah di Italia, seperti perjanjian perdagangan dengan Pisa pada tahun 1154 M, Marseie, Voince, dan Sycilia  pada tahun 1157 M yang  berisi ketentuan tentang perdagangan, izin mendirikan gudang, kantor, loji dan bentuk-bentuk pemungutan pajak.
3.      Dalam bidang arsitektur, dinasti Muwahhidun banyak menghasilkan karya-karya dalam bentuk monumen, seperti Giralda, menara pada masjid Jami’ Sevilla, Bab Aquwnaou, dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Marakiyah serta menara Hasan di Rabbath.
4.      Dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, banyak ilmuwan yang muncul pada masa dinasti Muwahhidun ini terutama pada masa kepemimpinan Abdul Mu’min dan Abu Yakub Yusuf adalah sebagai berikut :
a.       Ibrahim bin Malik bin Mulkun adalah seorang pakar al-Qur’an dan ilmu Nahwu.
b.      Al-Hafidz Abu Bakrbin al-Jad seorang ahli fikih, dan Ibnu al-Zuhr ahli kedokteran.
c.       Ibn Bajjah (533H/1139 M), seorang filosof dengan karyanya The Rule of Solitary. Ia juga ahli di bidang musik yang disebut Avenpace atau Abenpace.
d.      Ibnu Thufail (581 H/1105-1185 M), seorang filosof dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan. Ia juga dikenal sebagai seorang dokter, ahli geografi dan juga dianggap sebagai penyair Andalusia atau yang dikenal dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, atau Al-Isibily.
e.       Ibnu Rusyd (1126-1198 M), ia adalah seorang filosof, dokter, ahli matematika, fikih, ahli hukum, ahli astronomi atau dikenal dengan sebutan Averrous/ Averroisme di Barat.
2.      b.  Kemunduran Dinasti Muwahhidun
Setelah mengalami kekalahan selama satu abad (113-1169 M), Dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dan akhirnya hancur. Kemunduran ini terasa setelah an-Nashir wafat yang selanjutnya dipimpin oleh pimpinan yang lemah. Adapun faktor kemunduran dinasti Muwahhidun ini disebabkan oleh:[12]
1.      Perebutan tahta dikalangan keluarga.
2.      Melemahnya kontrol terhadap penguasa daerah.
3.      Mengendurnya tradisi disiplin.
4.      Memudarnya keyakinan akan keagungan misi al-Mahdi bin Tumart, bahkan namanya tidak disebut lagi dalam dokumen Negara.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran bagi Dinasti al-Muwahhidun, antara lain:
1). Faktor Internal
Salah satu indikasi faktor internal yang menyebabkan terjadinya kemunduran dinasti ini adalah tampilnya pemimpin yang tidak mampu menangkap peluang dan mengakomodasi berbagai trend pengembangan, yakni ketika Muhammad al-Nashr (1184 M) tampil menggantikan pemimpin sebelumnya, dengan usianya yang relatif muda, kurang lebih 17 tahun usianya ketika itu. Ia belum memiliki kapabilitas serta kematangan emosional yang memadai. Padahal untuk menjadi pemimpin sebuah wilayah yang luas, sangat dibutuhkan managerial skill serta pengetahuan dan pengalaman yang cukup, agar memiliki kredibilitas di dalam mengendalikan roda pemerintahan. Akibat dari berbagai kelemahan yang dimiliki al-Nashr tersebut, maka di dalam mengendalikan pemerintahannya lebih banyak dipegang oleh menteri-menterinya yang saling merebut mengambil simpati khalifah yang masih muda, sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh lawan-lawan al-Muwahhidun, termasuk sisa-sisa al-Murabithun yang belum dapat dilumpuhkan, kembali melakukan perlawanan. Termasuk munculnya pemberontakan dari Bani Ghaniyyah yang pernah ditaklukkan oleh penguasa sebelumnya, yaitu Abu Ya’qub.Mereka kembali melakukan perlawanan dengan motifnya menjatuhkan kekuasaan al-Muwahhidun.
Di samping itu, kurangnya kontrol dan perhatian pemerintah pusat terhadap daerah-daerah yang jauh dari pusat pemerintahan, menyebabkan adanya keinginan mereka untuk memisahkan diri.Hal ini menunjukkan bahwa adanya wilayah yang luas yang tidak bisa dimenej dengan baik, justeru sangat berpotensi terhadap terjadinya instabilitas dalam negeri, karena adanya ancaman desintegrasi.Ancaman desintegrasi ini, seperti munculnya Yaghamrasan ibn Zayyan di Tlemen pada tahun 1236 M yang dapat mendirikan kerajaan, Abd al-Wadiyyah yang merdeka di Maghrib. Pada tahun berikutnya Abu Zakariyya sebagai gubernur al-Muwahhidun di Ifriqiyyah menyatakan kemerdekaan dari Tunis dan mendirikan Dinasti Hifsiyyah. Keadaan ini semakin memperparah kondisi Dinasti al-Muwahhidundan akhirnya membawa kepada kejatuhan dinasti ini, yakni pada tahun 1269 M, saat ibu kota Maroko jatuh ke tangan Dinasti Marawiyyah. Dengan berdirinya Dinasti Marawiyyah, maka berakhirlah Dinasti al-Muwahhidun yang pernah jaya dan sempat bertahan selama satu abad lebih.
2). Faktor Eksternal
Bersamaan dengan kemunduran Dinasti al-Muwahhidun, sebagai akumulasi dari berbagai persoalan sosial politik dalam negeri, pasukan Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di Palestina kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru di bawah pimpinan Alfonso IX. Kekuatan Kristen ini mengulangi serangannya ke Andalusia dan berhasil mengalahkan kaum muslimin.Karena penguasa al-Muwahhidun merasa terdesak, akhirnya meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Maroko).Sedangkan Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen pada tahun 1238 M, menyusul Seville jatuh pada tahun 1248 M. Serangan-serangan yang dilakukan pasukan Kristen ini telah menjadikan seluruh Spanyol lepas dari kekuasaan Islam, kecuali Granada.
                  Demikian sekilas perjalanan sejarah Dinasti Muwahidun yang telah berjaya menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, terutama raja- raja Kristen. Akhirnya Dinasti Muwahhidun  di Andalusia maupun di Afrika Utara kini hanya kenangan sejarah, meskipun peninggalan-peninggalannya masih terdapat di beberapa wilayah  bekas kekuasaaannya.     


[1] Tim Penulis, Ensiklopedi  Ensiklopedi Islam  (Jakarta: Iktiar Baru Van Hoeve, 1994), Jilid III, h. 332
[2] Munir Amin Samsul, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009), h. 270
[3] Abdul Hamid al-Ubbady, Al-Mujmal fi al-Tarikh, h. 166.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Philip K. Hitti, History of the Arabs, Edisi X (London: Macmilan, 1970).
[7] Jamil M. Abun  Nasr, A History of the Magrib in the Islam Period, (London, cambridge Unversity  Press, cet. I, 1987), h. 89-90.
[8] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, al-Siyasiwa al-wa al-Tsaqafi al-Ijtima’i, Jilid IV (Kairo: Maktabah al-Nadhah al-Misriyah, 1967), h. 219-220.
[9] Ibid.
[10] Fu’adi Imam, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta: Teras, 2012), h.102-103
[11] Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar Akar Sejarah, Social, Politik,Dan Budaya Umat Islam (Jakarta: Logos,2007 ), 112-114.
[12] Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik  (Jakarta: Kencana, 2011) cet. Ke-4, h. 140.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.   Tidak adanya regenerasi yang mumpuni untuk memegang kekuasaan seperti pendahulunya.
2. Kebangkitan orang–orang kristen. Terbuktidengan penyerangan tahun 1212 M, oleh raja-raja Kristen (Leon, Costile, Navargedan Aragon) di Spanyol. Kekalahan yang diderita oleh Muwahhidun dalam pertempuran tersebut menyebabkan semakin mudahnya orang Kristen menaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam lain di Spanyol.
3.     Al-Nashir menyerahkan kekuasaan kepada anaknya yang baru berusia 15 tahun, yaitu Abu Yakub Yusuf II (al-Muntashir) yang tidak memiliki kematangan politik untuk menjalankan pemerintahan.
4.   Muncul perpecahan dikalangan pembesar Muwahhidun setelah wafatnya al-Muntashir pada tahun 1221 M. Perpecahan terjadi karena al-Munthasir tidak mempunyai anak laki-laki untuk menggantinya. Seperti Tunisia berdiri daulah Bani Nafs, sedangkan Tripoli menjadi wilayah kekuasaan Bani Ayubiyah.
5. Luasnya wilayah daulah Muwahhidun. Wilayah yang luas ini sulit di control oleh pemerintahan pusat, sehingga mudah dikuasai oleh tentara kristen Spanyol yang mengalami kebangkitan politik.
6.  Kekuasaan Muwahhidun tumbuh dan berkembang di Afrika Utara danSpanyol adalah karena ingin memurnikan ajaran Islam yang telah dikotori orang-orang Murabhitun pada fase akhir kekuasaannya. Dinasti ini berawal darisebuah gerakan dakwah agama dan beralih menjadi kekuatan politik. Dinasti ini mampu meraih kejayaan karena pemimpin yang kuat serta cinta ilmu pengetahuan. Kehadiran dinasti ini telah membuka mata orang barat untuk mengejar ketertinggalannya dari umat Islam.

B. Saran
Dalam penulisan Makalah ini penulis sangat menyadari akan kekurangan yang dimiliki, terutama dalam memeperoleh dan menggambarkan informasi mengenai tema ini. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulisan harapkan. Dan semoga makalah yang jauh dari kesempurnaan ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

 Fu’adi Imam, 2012. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Yogyakarta: Teras

Hasan Ibrahim Hasan, 1967. Tarikh al-Islam, al-Siyasiwa al-wa al-Tsaqafi al-Ijtima’i, Jilid IV Kairo: Maktabah al-Nadhah al-Misriyah.

Jamil M. Abun  Nasr. 1987. A History of the Magrib in the Islam Period, London; cambridge Unversity  Press.
Musyrifah, Sunanto. 2011, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Kencana.
Philip K. Hitti. 1970.  History of the Arabs, Edisi X , London: Macmilan.
Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah.
Tim Penulis. 1994.  Ensiklopedi  Ensiklopedi Islam , Jakarta: Iktiar Baru Van Hoeve.
Thohir, Ajib. 2007.  Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar Akar Sejarah, Social, Politik,Dan Budaya Umat Islam. Jakarta: Logos.

2 komentar: